Kuliah

Rabu, 22 Mei 2013

TEORI KELELAHAN


      Tinjauan Pustaka
      1.    Pengertian Kelelahan

a.    Menurut Suma’mur P.K.(1996)
Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.
b.    Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk.(2000)
Kelelahan (fatigue) merupakan suatu perasaan yang bersifat subyektif.Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan.
c.    Menurut Eko Nurmianto (2003)
Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun (static muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive).
d.   Menurut Sritomo Wignjosoebroto(2003)
Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performance kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.
e.    Menurut Cameron (1973)
Kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja.
      2.    Konsep Kelelahan Kerja

Kontraksi otot rangka yang lama dan kuat, dimana proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supply energi yang dibutuhkan serta membuang sisa metabolisme, khususnya asam laktat. Jika asam laktat yang banyak dari persediaan ATP terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot ketika berkontraksi, otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen sehingga menyebabkan terjadinya kelelahan (Gempur Santoso, 2004).
Konsep kelelahan dewasa ini, sesudah dilakukan percobaan-percobaan yang luas terhadap manusia dan hewan, menyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri, yang dipengaruhi oleh 2 sistem antagonistik, yaitu sistem menghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat pada thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk mengantuk. Adapun sistem penggerak terdapat dalam formation retikularis yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan dalam tubuh kearah bekerja, berkelahi, melarikan diri dan lain-lain (Depkes RI, 2003 ).
Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja diantara 2 sistem antagonis dimaksud.Apabila sistem penghambat lebih kuat seseorang dalam keadaan kelelahan. Sebaliknya manakala sistem aktivitas lebih kuat maka seseorang dalam keadaan segar untuk bekerja (Depkes RI, 2003 ).
      3.    Jenis Kelelahan

a)    Berdasarkan Waktu Terjadinya
Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan menjadi 2 yaitu :
1)   Kelelahan Akut
Kelelahan akut adalah kelelahan yang terjadi dengan cepat yang pada umumnya disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh yang berlebihan.
2)   Kelelahan Kronis
Kelelahan kronis adalah kelelahan yang terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan berkepanjangan (Grandjean dan Kogi, 1971).
Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, seperti perasaan kebencian yang bersumber dari terganggunya emosi.Selain itu timbulnya keluhan psikosomatis seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur, masalah pencernaan, detak jantung yang tidak normal, dan lain-lain (AM.Sugeng Budiono, 2003).
Gejala yang nampak jelas akibat kelelahan kronis antara lain :
a)    Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau asosial terhadap orang lain.
b)   Munculnya sikap apatis terhadap orang lain.
c)    Depresi berat, dan lain-lain.
b)   Berdasarkan Penyebab Terjadinya
     Berdasarkan penyebab terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan menjadi 2 yaitu :
1)   Kelelahan Fisiologis
Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor fisik ditempat kerja antara lain oleh suhu dan kebisingan (Singleton, 1972). Dari segi fisiologis, tubuh manusia dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar dan member out put berupa tenaga yang berguna untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari. Kerja fisik yang continue dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik, misal : penerangan, kebisingan, panas, dan suhu.
2)   Kelelahan Psikologis
Kelelahan psikologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologis (Singleton, 1972). Kelelahan psikologis terjadi oleh adanya pengaruh diluar diri berupa tingkah laku atau perbuatan alam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti : suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan atasan.
c)    Berdasarkan Proses Terjadinya
Berdasarkan proses terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan menjadi 2 yaitu :
1)    Kelelahan Otot
Kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi yang berulang.Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang disebut dengan kelelahan otot.Otot yang lelah menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi bergetar.
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk. (2000) gejala kelelahan otot dapat terlihat dan tampak dari luar (external signs). Dalam beberapa pekerjaan, kelelahan otot ditandai dengan :
a)    Menurunnya ketinggian beban yang mampu diangkat.
b)   Merendahnya kontraksi dan relaksasi.
c)    Interval antara stimulusdan awal kontraksi menjadi lebih lama.
Menurut Anies (2002) dalam upaya menghadapi kelelahan otot dapat dilakukan beberapa cara yaitu :
a)    Seleksi yang baik yaitu dipilih tenaga kerja yang berkondisi prima.
b)   Pengaturan jadwal dan istirahat.
c)    Ruang istirahat dimaksudkan agar tenaga kerja tidak beristirahat disembarang tempat.
2)    Kelelahan Umum
Kelelahan umum adalah suatu perasaan yang menyebabkan yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas. Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi antara lain :
a)    Lelah pada organ penglihatan.
b)   Mengantuk
c)    Stress menyebabkan pikiran tegang.
d)   Rasa malas bekerja.
e)    Menurunnya motivasi kerja yang diakibatkan oleh kelelahan fisik dan psikis.
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk. (2000) jenis kelelahan umum adalah :
a)    Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata.
b)   Kelelahan seluruh tubuh, karena beban fisik bagi seluruh organ tubuh.
c)    Kelelahan mental, karena pekerjaan yang bersifat mental dan intelektual.
d)   Kelelahan syaraf, karena terlalu tertekannya sistem psikomotorik.
e)    Kelelahan kronis, karena terjadi kelelahan dalam waktu panjang.
f)    Kelelahan siklus hidup, bagian dari irama hidup siang dan malam.
Di samping kelelahan otot dan kelelahan umum, Grandjean (1988) juga mengklasifikasikan kelelahan kedalam 7 bagian yaitu :
1)   Kelelahan visual, yaitu meningkatnya kelelahan mata.
2)   Kelelahan tubuh secara umum, yaitu kelelahan akibat beban fisik yang berlebihan.
3)   Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan mental atau intelektual.
4)   Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh tekanan berlebihan pada salah satu bagian sistem psikomotor, seperti pada pekerjaan yang membutuhkan keterampilan.
5)   Pekerjaan yang bersifat monoton.
6)   Kelelahan kronis, yaitu kelelahan akibat akumulasi efek jangka panjang.
7)   Kelelahan sirkadian, yaitu bagian dari ritme siang-malam, dan memulai periode tidur yang baru.
      4.    Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja

a.    Menurut Siswanto (1991)
Menurut Siswanto (1991) faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan :
1)   Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan.
2)   Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis atau menahun.
3)   Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.
4)   Status kesehatan dan status gizi.
5)   Monoton yaitu pekerjaan atau lingkungan kerja yang membosankan.
b.    Menurut Grandjean (1995)
Menurut Grandjean(1995) penyebab terjadinya kelelahan kerja antara lain sebagai berikut :
1)   Intensitas dan lama kerja mental dan fisik.
2)   Lingkungan yaitu iklim, penerangan, kebisingan, getaran, dan lain-lain.
3)   Circadian rhytm atau jam biologis yaitu jam tidur digunakan untuk kerja.
4)   Problem fisik yaitu berupa tanggung jawab, kekhawatiran konflik.
5)   Kenyerian dan kondisi kesehatan, tidak fit sehingga cepat lelah.
6)   Nutrisi, yaitu apabila nutrisi pekerja kurang maka akan cepat mengalami kelelahan.
Kelelahan fisik disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1)   Kebiasan makan atau tidur tidak teratur.
2)   Ketidakseimbangan pada tingkat-tingkat elektrolit darah misalnya sodium, potasium, dan mineral-mineral lainnya.
3)   Bertempat tinggal atau bekerja pada daerah yang panas dan lembab.
4)   Anemia
5)   Pengaruh pilek dan flu yang berlarut-larut.
6)   Penyakit-penyakit penyebab infeksi yang luput dari perhatian, seperti monokleosis atau virus Epstein-Barr.
7)   Beberapa gangguan endokrin, seperti kelenjar tiroid yang gagal berfungsi sebagaimana mestinya atau gangguan neurologis.
Kelelahan emosional disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1)   Burnout yaitu merusak diri sendiri dengan bekerja terlalu keras.
2)   Perubahan yang dihadapkan pada krisis kehidupan yang besar atau keputusan hidup yang sulit seperti perceraian atau ancaman pensiun.
3)   Kejenuhan karena hidup terasa monoton atau hilangnya kegairahan dalam rutinitas sehari-hari.
4)   Depresi
      5.    Gejala Kelelahan Kerja

a.    Menurut Gilmer (1966) dan Cameron (1973)
Gilmer (1966) dan Cameron (1973) menyebutkan bahwa gejala-gejala kelelahan adalah sebagai berikut :
1)   Gejala yang Mungkin Berakibat pada Pekerjaan
Gejala kelelahan kerja yang mungkin berakibat pada pekerjaan, seperti :
a)    Penurunan kesiagaan dan perhatian.
b)   Penurunan dan hambatan persepsi.
c)    Cara berpikir atau perbuatan anti sosial.
d)   Tidak cocok dengan lingkungan.
e)    Depresi
f)    Kurang tenaga
g)   Kehilangan inisiatif
2)   Gejala Umum yang Sering Menyertai Gejala diatas
Gejala kelelahan kerja bisa disertai dengan gejala-gejela umum, seperti :
a)    Sakit kepala
b)   Vertigo
c)    Gangguan fungsi paru dan jantung.
d)   Kehilangan nafsu makan.
e)    Gangguan pencernaan
b.    Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk., (2000)
A.M. Sugeng Budiono, dkk.,(2000) mempunyai gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan obyektif antara lain :
1)   Perasaan lesu, ngantuk, dan pusing.
2)   Kurang mampu berkonsentrasi.
3)   Berkurangnya tingkat kewaspadaan.
4)   Persepsi yang buruk dan lambat.
5)   Berkurangnya gairah untuk bekerja.
6)   Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.
Beberapa gejala tersebut dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan efektivitas kerja fisik dan mental.Sejumlah gejala tersebut manifestasinya timbul berupa keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja.
c.    Menurut Suma’mur P.K. (1996)
Suma’mur P.K. (1996) membuat suatu daftar gejala yang ada hubungannya dengan kelelahan yaitu :
1)   Gejala yang Menunjukkan Pelemahan Kegiatan
Gejala kelelahan kerja yang menunjukkan pelemahan kegiatan, seperti :
a)    Perasaan berat dikepala.
b)   Menjadi lelah seluruh badan.
c)    Kaki merasa berat.
d)   Menguap
e)    Merasa kacau pikiran.
f)    Menjadi mengantuk
g)   Merasakan beban pada mata.
h)   Kaku dan canggung dalam gerakan.
i)     Tidak seimbang dalam berdiri.
j)     Mau berbaring
2)   Gejala yang Menunjukkan Pelemahan Motivasi
Gejala kelelahan kerja yang menunjukkan pelemahan motivasi, seperti :
a)    Merasa susah berpikir.
b)   Lelah bicara
c)    Menjadi gugup
d)   Tidak dapat berkonsentrasi.
e)    Tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu.
f)    Cenderung untuk lupa.
g)   Kurang kepercayaan
h)   Cemas terhadap sesuatu.
i)     Tidak dapat mengontrol sikap.
j)     Tidak dapat tekun dalam pekerjaan.
3)   Gambaran Kelelahan Fisik Akibat Keadaan Umum
Gejala kelelahan fisik akibat keadaan umum dapat berupa :
a)    Sakit kepala
b)   Kekakuan dibahu
c)    Merasa nyeri dipunggung.
d)   Merasa pernafasan tertekan.
e)    Haus
f)    Suara serak
g)   Merasa pening
h)   Spasme dari kelopak mata.
i)     Tremor pada anggota badan.
j)     Merasa kurang sehat.
      6.    Akibat Kelelahan Kerja

a.    Menurut Heru Setiarto (2002)
Kelelahan kerja merupakan komponen fisik dan psikis.Kerja fisik yang melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan konsentrasi terus menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologis dan disertai penurunan keinginan untuk bekerja yang disebabkan faktor psikis sehingga menyebabkan timbulnya perasaan lelah.
b.    Menurut Suma’mur PK (1999)
Kelelahan kerja dapat mengakibatkan penurunan kewaspadaan, konsentrasi dan ketelitian sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan.
c.    Menurut AM. Sugeng Budiono (2003)
Kelelahan kerja dapat mengakibatkan penurunan produktivitas.Jadi kelelahan kerja dapat berakibat menurunnya perhatian, perlambatan dan hambatan persepsi, lambat dan sukar berfikir, penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja, menurunnya efisiensi dan kegiatan-kegiatan fisik dan mental yang pada akhirnya menyebabkan kecelakan kerja dan terjadi penurunan poduktivitas kerja.
       7.    Penanggulangan Kelelahan

a.    Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi, maupun pengaturan udara yang adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan.
b.    Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan.
c.    Kesehatan umum dijaga dan dimonitor.
d.   Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja.
e.    Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama.
f.     Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja, kalau perlu bagi tenaga kerja dengan tempat tinggal jauh diusahakan transportasi dari perusahaan.
g.    Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupannya.
h.    Disediakaan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat dilaksankan secara baik.
i.      Cuti dan liburan diselenggarakan sebaik-baiknya.
j.      Diberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti tenaga kerja beda usia, wanita hamil dan menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di malam hari, tenaga baru pindahan .
k.    Mengusahakan tenaga kerja bebas alkohol, narkoba dan obat berbahaya.
    8.    Penilaian kelelahan kerja

         Deteksi atau penilaian kelelahan kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
a.    Kualitas dan kuantitas hasil kerja
Kuantitas hasil kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang dinyatakan dalam banyaknya produksi persatuan waktu.Sedangkan kualitas kerja diperoleh dengan menilai kualitas pekerjaan seperti, jumlah yang ditolak, kesalahan, kerusakan material, dan lain-lain.
b.    Pencatat perasaan subyektif kelelahan kerja, yaitu dengan cara kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPKK).
c.    Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan Electroenchepalography (EEG).
d.   Uji mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Bourdon wiersman test merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian, dan konsentrasi.
e.    Uji psikomotor (Psycomotor test) dapat dilakukan dengan cara melibatkan funsi persepsi, interprestasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat digital reaction timer dan flicker fussion.
Waktu reaksi yang diukur dapat merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan tertentu. Rangsang yang digunakan pada alat ini berupa cahaya dan suara. Satuan waktu reaksi adalah milidetik.
Pada saat pemakaian alat, perlu diperhatikan agar hasil lebih akurat :
1)   Pemberian rangsang tidak kontinyu.
2)   Jarak maksimal sumber rangsang dengan subyek yang diperiksa maksimum 0,5 m.
3)   Konsentrasi subyek hanya pada sumber rangsang dan tidak boleh melihat operator.
4)   Waktu reaksi yang digunakan dapat keduanya atau hanya salah satu yaitu suara atau cahaya saja.
Kriteria :
1)    Normal                         : waktu reaksi 150,0 – 240,0 milidetik
2)    Kelelahan Kerja Ringan : waktu reaksi 240,0 < x < 410,0 milidetik
3)    Kelelahan kerja Sedang : waktu reaksi 410,0 ≤ x < 580,0 milidetik
4)    Kelelahan Kerja Berat   : waktu reaksi ≥ 580,0 milidetik
Keterangan : x adalah hasil pengukuran dengan Reaction Timer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar